sejak,
sejak itu,
sejak ini,
aku mengharap pada pemikir,
yang lebih iktiraf dari aku,
lebih tinggi dari aku.
Hasrat memang ingin tersenyum,
dengan kata-kata setaraf aku,
memang seperti,
berjamuan roti canai dengan pinggan yang sama.
Tapi berak nya batu yang keluar,
memang pedih untuk disingkapkan,
itu adalah pemikir yang lebih fasih dari aku.
Bukan untuk aku buat dengan hati yang busuk,
tapi itu luahan atau penyampaian aku sendiri.
Memang harus aku ambil tahu,
patut menerima,
dari segi,
pemikir yang memikir,
pemikir yang difikir,
pemikir yang fikirkan.